PENDETA MASUK ISLAM SETELAH MEMBACA INJIL HEBRON
Thomas Leiden adalah keturunan solok dari sabar Malaysia. Semula ioa
penganut roman katolik. Ia sempat mengenyam pendidikan di seminary
kepaderian vatikan, Italia atas biaya persatuan Kristen sabah.
Semasa menjadi paderi, Thomas kerap membuat catatan sederhana mengenai
Islam, Buddha, hindu, dan Kristen untuk menambah pengetahuan. Ini semua
dipicu oleh konflik diri yang terus menguat terhadap eksistensi paderi.
Seorang paderi diberi tanggung jawab besar untuk mengampuni dosa
manusia. Hal inilah yang membuat keyakinan iman Thomas mulai digerogoti
keraguan. Bagaimana mungkin manusia biasa bias mengampuni dosa manusia
lain, sedangkan para Nabi dan Rosul saja tidak mampu mengampuni dosa
manusia. Keraguan ini kemudian mendorong Thomas untuk lebih serius
mempelajari agama Islam.
Semasa
belajar di vatikan, suatu hari ia diberi tugas oleh seorang paderi
untuk menjaga sakristi perpustakaan yang terdapat di gereja. Sebelum
meninggalkan Thomas, seraya menyerahkan sejumlah kunci almari
perpustakaan tersebut, paderi itu berpesan agar Thomas tidak membuka
salah satu almari disana. Tentu saja larangan ini membuat Thomas heran,
sementara kunci almari tersebut diserahkan kepadanya. Larangan ini
justru membuat Thomas penasaran. Akhirnya, ia pun mengambil sebuah kitab
injil berbahasa hebron dalam almari tersebut. Thomas menemukan banyak
sekali kebenaran, terutama yang berkaitan dengan agama islam, yang
selama ini sama sekali tidak pernah diungkap. Thomas berpikir ini
barangkali sengaja disembunyikan. Dengan kesadarannya, injil hebron itu
pun disembunyikan untuk dikaji lagi lebih mendalam.
Suasana pun
gempar karena kehilangan injil hebron itu. Namun tak sampai mencuat ke
permukaan. Paderi yang pernah menitipkan kunci sakristi perpustakaan
menanyai Thomas apakah ioa yang mengambil injil hebron itu. Jelas saja,
Thomas menjawab tidak. Ia takkan mengakui bahwa sebenarnya dialah yang
mengambil injil hebroon itu. Sebab ia ingin menguak kebanaran yang
terkandung dalam kitab tersebut.
Akhirnya, pada saat pembaiatan
sumpah para paderi, disebabkan injil tersebut hilang, mereka meletakkan
kitab suci Al-Quran (yang dibalut dan senantiasa tersimpan di almari)
sebagai ganti injil hebron tadi. Al-Quran digunakan di dalam upacara
mengangkat sumpah. Semua paderi tidak tahu hal ini kecuali Thomas.
Pada akhirnya Thomas memeluk islam dan sampai saat ini bekerja di
Majelis Agama Islam Malaka. (Kisah Para Mualaf Merengkuh Hidayah, 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar