Rabu, 04 September 2013

Amalia Yunita, Perempuan Petualang, Taklukkan Kilimanjaro sambil Kampanye Lupus

Para Perempuan Petualang, Taklukkan Kilimanjaro sambil Kampanye LupusKAUS biru tua bertulisan Kilimanjaro for Lupus mengingatkan Amalia Yunita kepada petualangan bersama rekan-rekannya pertengahan Februari lalu. Bareng delapan wanita dan seorang pria rekannya, Yuni -panggilan akrab Amalia Yunita- nekat mendaki Gunung Kilimanjaro di Tanzania, Afrika Timur. Gunung itu merupakan yang tertinggi di Afrika.

Tim Yuni datang dari beragam latar belakang profesi. Ada yang pengusaha, profesional, hingga dosen.

Mereka tak sekadar mendaki. Yuni mengaku punya misi khusus, yakni mengampanyekan penyakit lupus yang banyak menyerang kaum perempuan. Karena itu, perjalanan tersebut bertajuk Kilimanjaro for Lupus.

Lupus merupakan penyakit yang memengaruhi tubuh menjadi overacting terhadap rangsangan dari sesuatu yang asing. Akibatnya, tubuh terlalu banyak memproduksi antibodi atau semacam protein yang malah ditujukan untuk melawan jaringan tubuh sendiri. Lupus disebut sebagai penyakit dengan kekebalan tubuh berlebihan.

''Misi saya saat itu sekalian mengampanyekan lupus. Saya berpikir sederhana. Melalui cara begini, lupus akan banyak menjadi perhatian orang,'' jelas wanita 42 tahun itu di Kantor Arus Liar, kompleks Gudang Peluru, Minggu lalu (5/4).

Yuni menceritakan, pendakian tersebut sebenarnya adalah mufakat dari beberapa teman di kampus dulu. ''Dulu semasa kuliah kami adalah pencinta alam. Sudah lama kami tidak melakukan aktivitas itu lagi,'' jelasnya. Saat berkuliah di Fakultas Teknik Sipil Universitas Trisakti, ibu tiga anak itu adalah aktivis Aranyacala, unit kegiatan pencinta alam kampus itu.

Saat reuni dengan teman-teman sesama perempuan pencinta alam, Yuni terpikir untuk mengulang petualangan seperti dulu. Namun, pendakian tersebut harus memiliki misi yang lebih mulia. ''Jangan sekadar jalan-jalan. Harus ada misi sosialnya segala,'' ujarnya.

Yuni pun terpikir menggandeng Yayasan Lupus Indonesia (YLI). Lagi pula, penyakit lupus belum dikenal luas. Kantong penderitanya yang mayoritas perempuan juga tak terpetakan. ''Kalau dipikir, yayasan ini juga belum banyak mendapatkan donor. Makanya, kami terpikir membantu,'' ucap Direktur PT Lintas Jeram Nusantara dan Regulo Adventure di Surabaya itu.

Akhirnya terkumpul tujuh orang yang mau melakukan perjalanan ke Kilimanjaro. Mereka adalah para mantan pencinta alam Mapala UI, Aranyacala, hingga Wanadri. Di tengah persiapan, seorang pria nekat bergabung. Dia adalah Dody Johan Jaya, dosen Teknik Perminyakan ITB.

Meski sibuk sebagai pengusaha, Yuni tak sulit mendapatkan izin suaminya, Lody Koruwa. ''Suami saya dulu juga pencinta alam. Dia yang pertama mendukung saya,'' ungkapnya.

Untuk melakukan perjalanan, Yuni dan kawan-kawan hanya sedikit melakukan persiapan. Saban akhir pekan dia bersama teman-temannya melakukan latihan kecil di Gunung Salak, Bogor. ''Ditambah sedikit lari-lari kecil rasanya sudah cukup,'' terangnya. Soal dana, Yuni mengaku mendapatkan banyak sponsor ditambah merogoh kocek pribadi.

Untuk menaklukkan puncak Kilimanjaro (Uhuru), Yuni dkk harus melewati dua gunung lain. Yaitu, Gilman dan Stella. ''Tapi, kebetulan saya hanya sampai Gilman,'' katanya.

Untuk mewujudkan tekad itu mereka harus melakukan perjuangan ekstra berat. Misalnya, mereka harus berjalan 10 jam sehari selama empat hari. ''Isitirahat sebentar, jalan lagi,'' terangnya. Untuk mempersingkat waktu, pendakian malam hari pun harus dilakoni. Mereka juga berjuang melawan hawa dingin. Sampai-sampai, Yuni harus merelakan kuku jari-jarinya copot. ''Yang sampai puncak (Uhuru) hanya empat orang. Dia adalah Diah Bisono, Dody Johan Jaya, Veronica, dan Jenny. Di sana mereka menancapkan Merah Putih,'' terangnya.

Dua tahun sebelumnya Yuni juga melakukan pendakian yang sama. Saat itu, bersama sejumlah aktivis perempuan pencinta alam, Yuni melakukan perjalanan ke Kalapatar, Himalaya. Dia mendaki gunung setinggi 5.445 di atas permukaan laut itu.(nw)

 http://reguloadventure.co.id/para-perempuan-petualang-regulo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar