Kisah Karomah WaliALLAH Nahdlatul Ulama
Doa 5000 Waliyullah
Al-kaimani, al-Bazzar dan Abu Hasan al-Ali yg dikenal dengan
As-Saqazarbercerita bahwa pada hari rabo tanggal 27 sya’ban tahun 529 H.
Syaikh Abdul Qodir bersama rombongan mengunjungi pekuburan syunizi.
Beliau berhenti di kuburan Syaikh Ahmad Ad-Dabbas agak lama kemudian
melanjutkan perjalanannya dg muka berseri-seri. Saat ditanya sebab
lamanya beliau berhenti dan berseri-serinya muka beliau, sang Syaikh
menjawab, “Pada pertengahan bulan sya’ban tahun 499 H aku bersama para
murid Syaikh Ahmad mengikuti beliau keluar baghdad. Setibanya di
jembatan yahud, beliau mendorongku sampai aku tercebur ke sungai –pada
saat itu udara sangat dingin- kemudian mereka berlalu dan
meninggalkanku. Aku berkata dalam hati, “Aku berniat untuk mandi jumat”.
Saat itu aku mengenakan jubah sufi dan dilenganku terdapat sebuah jubah
lagi yg membuatku harus mengangkatnya agar tidak basah. Aku keluar dari
air lalu memeras jubah tersebut dan menyusul mereka dalam kondisi
kedinginan yg menusuk hingga tulang.
Melihat kondisiku, para
muridnya bermaksud untuk menolongku namun beliau melarang mereka seraya
berkata, “Apa yg aku lakukan adalah untuk mengujinya dan aku
mendapatinya bagai gunung, kokoh tak bergerak”
Hari ini aku
melihat beliau dalam kubur memakai jubah dari cahaya bertabur permata.
Diatas kepalanya terdapat mahkota dari yakut. Ditangan kirinya terdapat
gelang emas dan beliau memakai dua sandal dari emas. Tapi tangan
kanannya hilang. “Ada apa dg lengan ini?” tanyaku kepada beliau. Beliau
menjawab, “Inilah tangan yg aku pergunakan untuk mendorongmu”. Kemudian
beliau berkata, “Apakah engkau mau memaafkan perbuatanku itu?”. “Ya”
jawabku. “Jika demikian” kata beliau, “mohonkan kepada ALLAH agar DIA
mengembalikan lenganku seperti sedia kala”. Aku pun memohonkan kepada
ALLAH untuk itu dan pada saat itu 5 ribu wali turut memohon kepada
ALLAH, mendukungku, dari kubur mereka. Aku terus memohon kepada ALLAH
hingga akhirnya ALLAH mengembalikan lengan kanannya dan beliau menjabat
tanganku dg tangan kanan tersebut. Dengan demikian sempurnalah
kebahagiaannya dan kebahagiaanku”
Ketika kabar tersebut
menyebar di baghdad, para murid Syaikh Ahmad beramai-ramai mendatangi
sang syaikh untuk meminta klarifikasi atas pernyataan tersebut.
Setibanya di madrasah beliau sebagai rasa hormat mereka kepada beliau,
tidak ada seorang pun yg memulai pembicaraan. Beliau lalu memulai
pembicaraan dengan menerangkan maksud kedatangan mereka saat itu”.
Kemudian beliau berkata kepada mereka, “Kalian pilih dua orang.
insyaALLAH melalui mereka berdua akan jelas apa yg aku ucapkan”. Mereka
kemudian memilih Syaikh Yusuf al-Hamdani yg pada saat itu ada di baghdad
dan Syaikh Abdurrahman al-Kurdi yg memang tinggal di baghdad”. Mereka
berdua termasuk orang2 yg dianugerahi kasyf. “Kami serahkan urusan ini
kepada kalian” kata mereka kepada ketua Syaikh tersebut. Bahkan kalian
jangan beranjak dari tempat kalian berada sampai terbukti apa yg aku
ucapkan” kata beliau kepada mereka. Kemudian beliau menghentakkan
kakinya ke tanah dan pada saat itu para sufi diluar telah berteriak
memberitahu bahwa Syaikh Yusuf telah tiba dg berjalan bertelanjang kaki
sampai beliau masuk ke madrasah sang Syaikh. Disana beliau berkata, “Aku
bersaksi bahwa Syaikh Ahmad ad-Dabbas berkata kepadaku, “Cepatlah
datangi majelis Syaikh Abdul Qodir dan katakan kepada para syaikh yg
hadir bahwa yg dikatakan oleh Syaikh Abdul Qodir benar adanya”. Beliau
sempat menamatkan perkataannya, Syaikh Abu Muhamad Abdurrahman al-Kurdi
datang dan beliau menyatakan seperti yg dinyatakan oleh Syaikh Yusuf.
Setelah mendengarkan pengakuan tersebut, mereka semua bangkit dan
memohon maaf kepada Syaikh Abdul Qodir” (Mahkota Para Aulia, 2005)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar