Pujian itu tampaknya berhasil mengobati rindu Merry yang telah bertahun-tahun ditinggal meninggal Hoegeng. Selama mendampingi Hoegeng, Merry selalu setia dan penuh pengertian. Padahal Merry tidak pernah sekalipun mengecap mewahnya kehidupan menjadi istri pejabat negara.
"Di garasi kami ada toko bunga untuk menambah pemasukan, waktu dia menjabat kepala jabatan imigrasi menutup toko itu. Saya tahu maksudnya dan sifatnya," kenang Merry usai peluncuran buku 'Hoegeng Polisi dan Menteri Teladan', di Gramedia Pondok Indah Mal, Jakarta, Minggu (17/11).
Tak hanya itu, akibat kejujuran dan idealisme yang dimiliki, Hoegeng akhirnya diberhentikan dari Kapolri oleh Presiden Soeharto. Hal itu tentu saja membuat Merry harus bersikap lebih ikhlas dan pengertian kepada suami tercintanya.
"Yang saya ingat itu dia dipensiunkan umur 49 tahun. Padahal masih banyak yang harus dilakukan. Saya menghadapi waktu yang berat tapi masih mau bekerja membetulkan semuanya," katanya sedih.
Merry menceritakan, usai diberhentikan dari posisi Kapolri, Hoegeng langsung menemui ibundanya. Hoegeng sungkem kepada ibu tercintanya dan memberitahukan bahwa dia sudah diberhentikan dari posisi orang nomor satu di Polri.
"Dia sungkem katanya 'saya tidak punya pekerjaan bu'. Ibunya mengatakan kalau kamu jujur kami masih bisa makan nasi garam," kenangnya.
Kini Hoegeng telah tiada, tetapi teladannya tidak pernah mati. Terus hidup untuk menjadi contoh para personel Polri dan tiap pejabat di Indonesia.
[dan]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar