TELOR GOSONG
Malam yang dingin disapu gerimis dan kabut tipis, membuatku mengigil
kedinginan. Saya teringat dengan masakan ibu di malam itu dengan kondisi
yang serupa.
Ibu yang bangun sejak pagi, tak kenal lelah
bekerja keras sepanjang hari. Ia membereskan rumah seorang diri, hingga
tiba jam makan malam pun ibu masih saja sibuk sendiri di dapur kecil
kami.
Tepat jam tujuh malam ibu selesai lalu menghidangkan
makan malam untuk ayah, sangat sederhana, berupa telur mata sapi, tempe
goreng, sambal kacang dan nasi. Sayangnya, karena sibuk mengurusi adik
yang merengek, tempe dan telor gorengnya sedikit gosong/hangus.
Saya melihat ibu sedikit panik, tapi tidak dapat berbuat apa. Minyak
goreng pun sudah habis. Kami menunggu dengan tegang, apa reaksi ayah
yang pulang kerja?
Sudah letih, kemudian melihat makan malamnya
hanya dengan tempe dan telur hangus. Namun Masya Allah, sungguh luar
biasa, Ayah dengan tenang menikmati dan memakan semua yang disiapkan ibu
dengan senyuman yang tak hilang dari pandangan.
Ayah bahkan berkata, “Bu terima kasih ya, masakannya sangat lezat, apalagi ditambah sambal kacang, bener-bener nikmat !”
Lalu ayah juga menanyakan kegiatan saya dan adik di sekolah.
Selesai makan, masih di meja makan, saya mendengar ibu meminta maaf karena telor dan tempe yang hangus itu.
Dan satu hal yang tidak pernah saya lupakan adalah apa yang ayah katakan: “Sayang, aku suka telor dan tempe yang hangus.”
Sebelum tidur, saya menemui ayah dan bertanya, “Apakah ayah benar-benar menyukai telur dan tempe hangus?”
Ayah memeluk saya dengan kedua lengannya erat sekali sambil berkata,
“Anakku, ibu sudah bekerja keras sepanjang hari dan dia benar-benar
sudah letih . Jadi, sepotong telor dan tempe yang hangus tidak akan
menyakiti siapa pun, anakku. Kita harus menghargai kerja keras Ibu” .
Ini pelajaran yang saya praktekkan di tahun-tahun berikutnya, yakni :
“Belajar menerima kesalahan orang lain adalah kunci yang sangat penting
untuk menciptakan sebuah hubungan yang sehat , harmonis, saling
menyayangi & saling pengertian satu sama lain untuk membina Rumah
tangga Yang Sakinah Mawaddah Warohmah, Insya Allah."
Source : Motivator Ideologis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar