Selasa, 12 November 2013

Gus Dur Bapak Islam Otentik

Jakarta, NU Online
Pemikiran Ketua PBNU periode 1984-1999 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tercerai-berai di berbagai tempat, koran dan buku. Sehingga pemikiran Presiden keempat Republik Indonesia ini belum ditemukan benang merahnya.

“Namun, setelah membaca buku berjudul “Humanisme Gus Dur: Pergumulan Islam dan Kemanusiaan” benang merah itu kemudian ketemu,” kata Dr H Abdul Aziz, M.A., pada bedah buku karya Syaiful Arif, alumnus Pesantren Ciganjur, yang dihelat di hotel Akmani, Jl. KH Wahid Hasyim No. 91, Jakarta (12/11), siang.

Menurut peneliti utama Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI ini, ada hal menarik dari Gus Dur, setidaknya dari buku karya Gus Dur, Islamku-Islam Anda-Islam Kita.

Keunikan dan otentisitas Gus Dur, kata dia, lahir karena keislamannya yang tak banyak bisa dirasakan oleh orang lain. Dalam konteks ini, Gus Dur mencari dari berbagai referensi lalu menemukan keislamannya yang otentik itu.

“Bagi saya, otentisitas pemikiran Gus Dur sangat kentara. Pemikiran beliau yang genuine dan melampaui zamannya bisa dirasakan dari elaborasi mendalam buku ini. Maka, tak berlebihan kiranya jika saya menyebut Gus Dur sebagai bapak Islam Otentik. Bukan Islam Liberal,” tegas Aziz.

Buku tentang pemikiran Gus Dur ini, lanjut Aziz, seolah membawa pembacanya ke kedalaman pemikiran penulisnya yang sangat mengidolakan Gus Dur. Hal ini wajar mengingat penulisnya merupakan santri langsung kiai yang presiden ini.

Artinya, tambah dia, bahwa penulisan buku ini cenderung subjektif dan debatable, misalnya, aliran humanisme apa yang dijadikan pisau analisis penulis dalam merangkai pemikiran Gus Dur.

“Saya sangat apresiate kepada penulis yang telah menulis buku bergizi ini. Tak banyak yang bisa menulis hal yang sangat mendasar. Saya rasa tak banyak yang mampu menulis buku seperti karya Arif. Saya berharap, penulis buku ini terus menulis tak hanya sosok Gus Dur. Namun, juga tokoh Islam lainnya dari lintas organisasi,” pungkas Aziz. (Ali Musthofa Asrori/Abdullah Alawi) nu.or.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar