Kamis, 06 Juni 2013

Harga Sebuah Kejujuran

Suatu ketika, al-Bazzaz menunaikan ibadah haji. Setelah beberapa hari di Makkah, ia kehabisan bekal. Tidak sepeser pun uang dan sedikit pun makanan yang ia miliki. Ia kelaparan.

Al-Bazzaz menelusuri jalan-jalan, mencari pekerjaan untuk mendapatkan makanan. Namun, hasilnya nihil. Sampai kemudian ia menemukan Sebuah kantong tergeletak di pinggir jalan. Mulanya ia ragu untuk mengambilnya. Ia kemudian mengambil kantong itu. Ia bawa kantong itu dan terkejut, kantong itu berisi barang-barang berharga. Ia tidak pernah melihat barang-barang sebagus itu sebelumnya. Ia putuskan untuk tak mengutak-atik kantong itu. Ia ikat kembali dan akan menjaganya sampai ditemukan siapa pemiliknya.

Al-Bazzaz kembali mencari pekerjaan untuk mendapatkan makanan. Sampai kemudian ia mendengar ada lelaki tua yang kehilangan barang. Ia memaparkan ciri-ciri barang tersebut. Ia juga mengatakan, akan memberikan hadiah kepada siapa pun yang menemukan barangnya itu.

O, ini pasti pemilik kantong yang aku temukan. Pikir Al-Bazzaz. Mulanya Al-Bazzaz ragu. Apakah kantong itu akan diserahkan atau tidak. Sementara ia sendiri sedang membutuhkan makanan. Ia sempat berpikir buruk. Namun, akhirnya ia memutuskan untuk mengembalikan.

Lelaki tua itu kemudian memberikan dua dinar emas kepada Al-Bazzaz sebagai imbalan. Namun, Al-Bazzaz menolak.

“Aku tidak mau menerima imbalan itu. Aku hanya menginginkan pekerjaan yang menghasilkan upah.”

Namun, lelaki tua itu mendesak agar Al-Bazzaz menerima imbalan itu.

“Aku tidak bisa menerima imbalan itu,” tegas Al-Bazzaz. “Aku tulus saat menjaga barang itu, sampai kemudian aku mengembalikannya kepadamu. Aku hanya bisa berharap semoga Allah memberiku balasan yang jauh lebih besar.”

Lelaki tua itu akhirnya memahami.

Musim haji pun usai. Para jamaah haji mulai meninggalkan Makkah. Demikian pula Al-Bazzaz. Ia pulang ke kampung halamannya menggunakan perahu. Dalam perjalanan, perahu itu dihantam badai. Para penumpang terempas. Namun, Allah menakdirkan Al-Bazzaz selamat. Ia berpegangan di serpihan kayu perahu. Selama beberapa hari ia terombang-ambing tak tentu arah. Sampai kemudian ia terdampar di sebuah pulau. Karena ia tidak mengenal siapa pun di pulau itu, Al-Bazzaz menuju masjid. Ia mengerjakan shalat dan berdoa agar diberi jalan keluar. Setelah itu ia membaca Al-Quran. Orang-orang yang ada di masjid itu kagum dengan bacaan Al-Bazzaz. Salah seorang kemudian mendekati Al-Bazzaz.

“Syekh, tolong ajari kami membaca Al-Quran,” kata orang itu.

Di tengah kegalauan dan kesedihan, tanpa berpikir panjang ia menyanggupi permintaan mereka mengajar membaca Al-Quran. Semakin lama, ia semakin merasakan kebahagiaan. Demikian juga dengan mereka. Mereka begitu bersemangat belajar bersamanya. Bahkan mereka meminta Al-Bazzaz menetap di pulau itu, untuk terus mengajarkan Al-Quran. Al-Bazzaz menolak. Tak terpikir ia akan menetap di sana. Para penduduk terus mendesaknya. Bahkan mereka berniat menjodohkan Al-Bazzaz dengan salah seorang gadis yang ayahnya telah meninggal. Akhirnya, Al-Bazzaz tak bisa menolak permintaan mereka.

Saat diperkenalkan dengan gadis yang dimaksud, Al-Bazzaz terpaku pada kalung di leher si gadis. Sampai orang-orang menyangka jika ia mau menikah dengan gadis itu karena kalung itu. Mereka tidak tahu apa yang ada dalam benak Al-Bazzaz.

Al-Bazzaz kemudian menceritakan perihal terkait dengan kalung itu. Kalung itu adalah kalung yang ada dalam kantong yang ia temukan saat sedang berhaji, yang ternyata milik lelaki tua. Al-Bazzaz mengembalikan kantong itu, utuh dengan isinya, dan menolak saat lelaki tua itu hendak memberikan imbalan emas.

Sontak orang-orang bersorak gembira. Al-Bazzaz bingung, kenapa mereka bersorak gembira.

“Lelaki tua pemilik kantong berisi emas itu adalah ayah gadis ini,” kata mereka. “Ia adalah guru kami di sini. Ia juga pernah bercerita tentang dirimu, pemuda yang jujur dan amanah. Ia selalu berdoa agar suatu saat dipertemukan denganmu, kemudian menikahkan anak gadisnya denganmu.”

“Allah mengabulkan doanya.”

Akhirnya Al-Bazzaz pun menikah dan menetap di pulau itu.

“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (Al-Hadits)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar