MERDEKA.COM. Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) beberapa waktu lalu terpilih menjadi wali kota terbaik ketiga dunia. Jokowi dipilih karena reputasinya yang membawa perubahan di Kota Surakarta saat menjabat sebagai wali kota.
Predikat pertama wali kota terbaik dunia jatuh pada Inaki Azkuna, Wali kota Bilbao, Spanyol. Inaki Azkuna dikenal karena kebijakannya yang radikal sehingga mampu menyulap Bilbao dari kota industri menjadi kota pusat pariwisata dan seni internasional.
Di posisi kedua wali kota terbaik dunia ini jatuh kepada Lisa SCAFFIDI, Wali kota Perth, Australia Barat. Lisa berhasil meningkatkan profil internasional kota itu. Lisa dianggap wali kota yang membuat kota Perth dikenal sebagai pembuat roti dan susu.
Sedangkan Indonesia diwakili Jokowi. Jokowi selain dianggap sukses mengangkat Surakarta juga sukses dalam kampanye antikorupsi. Kampanyenya melawan korupsi membuatnya mendapatkan reputasi sebagai politisi jujur. Saat menjabat sebagai wali kota Solo, Jokowi juga menolak untuk mengambil gaji.
Sebenarnya, selain Jokowi, wali kota di Indonesia juga terpilih menjadi salah satu kandidat dari 100 besar wali kota terbaik dunia. Dia adalah Wali Kota Surabaya Tri Rismaharani (Risma) dan Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo juga masuk dalam nominasi.
Pesona Wali Kota Risma ternyata juga menarik warga Amerika untuk mengupasnya. Seorang kolumnis Stanley Weiss, pendiri Business Executives for National Security, mengupas keberhasilan wanita berjilbab ini. Tulisan Stanley Weiss itu kemudian dipublikasikan di huffingtonpost.com, media online yang berbasis di Amerika Serikat.
Tema tulisannya diberi judul "Surabaya's Mrs. Mayor: Indonesia's Best-Kept Secret". Di awal tulisannya, Stanley Weiss menulis sejarah Surabaya yang sekarang dikenal dengan Kota Pahlawan.
Menurut Stanley Weiss, setelah kemerdekaan, kini muncul pahlawan baru. Dia adalah Risma yang dianggap sukses memimpin Surabaya. Risma dianggap sukses membawa surabaya menjadi kota yang nyaman dengan gebrakan-gebrakan yang dia lakukan.
Misalnya saja, Risma tiap pagi sekitar pukul 05.30 WIB memungut sampah di pinggir jalan. Hal ini ia lakukan agar menjadi contoh bahwa Surabaya harus menjadi kota bersih.
Risma juga membangun taman di tengah-tengah kota agar bisa dijadikan tempat bermain untuk anak-anak. Tiap sore, Risma selalu menyapa anak-anak yang sedang bermain di taman. Di tengah kunjungannya itu, Risma selalu mengingatkan anak-anak agar tetap rajin belajar.
Risma juga kerap kali keluar malam hari untuk keliling kota Surabaya. Jika ada yang menemukan anak di bawah umur masih keluyuran, Risma menegur dan memarahinya.
Tidak itu saja, jika lalu lintas macet, Risma tak segan-segan turun dari mobilnya lalu mengatur sendiri lalu lintas. Risma juga sering menjadi narasumber di radio swasta untuk mendengar keluhan warganya.
Atas gebrakan-gebrakan yang dia lakukan, Risma kian populer. Tak cuma di Indonesia, nama Risma kian melambung di dunia internasional.
Jika sebelumnya Jokowi terpilih menjadi tiga besar wali kota terbaik dunia, apakah Risma bisa mengikuti jejak Jokowi? Kita tunggu saja.
Sumber: Merdeka.com
Predikat pertama wali kota terbaik dunia jatuh pada Inaki Azkuna, Wali kota Bilbao, Spanyol. Inaki Azkuna dikenal karena kebijakannya yang radikal sehingga mampu menyulap Bilbao dari kota industri menjadi kota pusat pariwisata dan seni internasional.
Di posisi kedua wali kota terbaik dunia ini jatuh kepada Lisa SCAFFIDI, Wali kota Perth, Australia Barat. Lisa berhasil meningkatkan profil internasional kota itu. Lisa dianggap wali kota yang membuat kota Perth dikenal sebagai pembuat roti dan susu.
Sedangkan Indonesia diwakili Jokowi. Jokowi selain dianggap sukses mengangkat Surakarta juga sukses dalam kampanye antikorupsi. Kampanyenya melawan korupsi membuatnya mendapatkan reputasi sebagai politisi jujur. Saat menjabat sebagai wali kota Solo, Jokowi juga menolak untuk mengambil gaji.
Sebenarnya, selain Jokowi, wali kota di Indonesia juga terpilih menjadi salah satu kandidat dari 100 besar wali kota terbaik dunia. Dia adalah Wali Kota Surabaya Tri Rismaharani (Risma) dan Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo juga masuk dalam nominasi.
Pesona Wali Kota Risma ternyata juga menarik warga Amerika untuk mengupasnya. Seorang kolumnis Stanley Weiss, pendiri Business Executives for National Security, mengupas keberhasilan wanita berjilbab ini. Tulisan Stanley Weiss itu kemudian dipublikasikan di huffingtonpost.com, media online yang berbasis di Amerika Serikat.
Tema tulisannya diberi judul "Surabaya's Mrs. Mayor: Indonesia's Best-Kept Secret". Di awal tulisannya, Stanley Weiss menulis sejarah Surabaya yang sekarang dikenal dengan Kota Pahlawan.
Menurut Stanley Weiss, setelah kemerdekaan, kini muncul pahlawan baru. Dia adalah Risma yang dianggap sukses memimpin Surabaya. Risma dianggap sukses membawa surabaya menjadi kota yang nyaman dengan gebrakan-gebrakan yang dia lakukan.
Misalnya saja, Risma tiap pagi sekitar pukul 05.30 WIB memungut sampah di pinggir jalan. Hal ini ia lakukan agar menjadi contoh bahwa Surabaya harus menjadi kota bersih.
Risma juga membangun taman di tengah-tengah kota agar bisa dijadikan tempat bermain untuk anak-anak. Tiap sore, Risma selalu menyapa anak-anak yang sedang bermain di taman. Di tengah kunjungannya itu, Risma selalu mengingatkan anak-anak agar tetap rajin belajar.
Risma juga kerap kali keluar malam hari untuk keliling kota Surabaya. Jika ada yang menemukan anak di bawah umur masih keluyuran, Risma menegur dan memarahinya.
Tidak itu saja, jika lalu lintas macet, Risma tak segan-segan turun dari mobilnya lalu mengatur sendiri lalu lintas. Risma juga sering menjadi narasumber di radio swasta untuk mendengar keluhan warganya.
Atas gebrakan-gebrakan yang dia lakukan, Risma kian populer. Tak cuma di Indonesia, nama Risma kian melambung di dunia internasional.
Jika sebelumnya Jokowi terpilih menjadi tiga besar wali kota terbaik dunia, apakah Risma bisa mengikuti jejak Jokowi? Kita tunggu saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar