Rabu, 22 Mei 2013

Masak sih ada ungkapan: Alhamdulillah Anakku Nakal

Masak sih nakal itu harus dan baik sehingga harus berucap Alhamdulillah? Misalkan nakal itu baik, berarti kita harus melihat terlebih dahulu definisa dari nakal tersebut. Mungkin yang dimaksud nakal disini berbeda dengan yang selama ini kita pikirkan. Karena selama ini kalau anak berprilaku jelek dan tidak baik berarti nakal, sedang anak yang tidak nakal berarti baik atau pandai. Jadi jika dibuku ini Kenakalan = Kepandaian berarti mungkin ada perbedaan tentang kenakalan.

Jadi judul buku ini hanya provokatif sekedar strategi marketing? bisa jadi iya, bisa juga tidak.
Jadi buku ini tidak perlu dibaca? menurut saya perlu karena isinya juga bagus.
############################################################



* Mengapa kita harus bersabar dan menikmati kenakalan anak?

“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” At Taghabun : 15

Dalam ayat tersebut sangat jelas Allah akan memberikan pahala yang besar bagi kita orang tua yang mampu melewati cobaan. Maka ketika kita mampu dan berhasil mengatasinya atau minimal sabar maka Allah akan memberikan janjinya.

Sebuah kisah nyata, seorang ibu dari Bontang, beliau adalah seorang guru bahasa Inggris. Beliau punya seorang anak AUTIS yang ketika masuk SD mulai bermasalah, kalau dia tidak suka dengan gurunya dia akan melampar apapun. Sekolah anaknya sampai menyerah.

Akhirnya ibu tersebut keluar dari pekerjaannya dan membawa anaknya ke Surabaya untuk terapi dan bersekolah di sekolah inklusi. Ibu ini tidak menyerah, setiap hari ia terus memantau anaknya. Setiap malam ia belajar, membaca buku dan browsing tentang AUTIS. Setahun kemudian beliau membawa anaknya kembali ke Bontang dan menterapi sendiri anaknya dan berhasil. Saat ini beliau dipercaya untuk menjadi kepala sekolah TK yang favorit yang menangani anak autis.

“Alhamdulillah saya punya anak yang bermasalah itu…” kata ibu tadi.

Kalo kita lihat, anak hewan pun punya masa bermain. Bedanya dengan anak manusia, rentang waktu bermain anak hewan itu lebih singkat dari anak manusia. Karena Allah tlah mendisain anak-anak manusia nantinya punya kehidupan yang lebih kompleks. Anak-anak manusia nantinya punya kebutuhan yang lebih banyak. Semakin panjang rantang waktu bermain anak kita maka akan semakin banyak potensi yang bisa digali.

Terkadang kita juga menemui anak yang suka usil. Mereka adalah anak-anak yang kreatif. Ada lagi anak yang suka berantem, mereka adalah anak-anak yang berani, tangguh, punya prinsip an punya kepercayaan diri. Berantem menurut mereka adalah salah satu cara untuk menyelesaikan pertikaian atau masalah dalam interaksi mereka dengan temannya.

* Anak belajar dari orangtua

Anak nakal tidak dilahirkan tapi diciptakan. Oleh karena itu sebelum memilih rumah kita harus memilih tetangga atau lingkungan yang baik untuk anak kita. Terkadang kebiasaan atau perilaku orangtua jugalah yang mencetak anak menjadi nakal. Misalnya, ketika kita sedang bekerja dan kemudian anak kita datang membuat gaduh kita justru membentaknya “ Nak, jangan bikin gaduh! Bapak lagi kerja!!!”. Anak kita mungkin akan diam, tapi dia pasti bikin gaduh lagi. Kita bentak lagi, dia diam lagi, dia pasti akan kembali gaduh lagi. Yang ketiga kita ambil gasper “ Nak kamu mau diam atau mau dipukul pake ini!!!”

Anak kita mungkin mau diam, tapi dia akan belajar bahwa dia mau nurut kalo bapaknya sudah bawa gasper dan mau memukul. Sebenarnya anak itu lebih melihat tingkah laku kita daripada apa yang kita ucapkan atau sering kita dengar dengan istilah “ Mendidik dengan teladan”.

* Dari imajinasi menuju kenyataan

ketika ada seorang, misal bapak bilang “ kamu nakal..!” seorang anak sebenarnya masih meraba-raba apa sih nakal itu. Tapi ketika sudah banyak orang didekatnya yang bilang “kamu nakal..!” maka itu akan membuat anak tumbuh keyakinannya bahwa dia adalah anak nakal.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri[1409] dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman[1410] dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” QS. Al Hujurat :11

Ayat tersebut juga berlaku bagi orang tua, janganlah sekali-kali kita memanggil anak-anak kita dengan sebutan yang buruk atau panggilan yang negatif. Karena jika itu dilakukan berulang-ulang itu akan sangat membekas di alam bawah sadarnya dan mempengaruhi perkembangannya.

* Kenakalan = kecerdasan

Seorang bapak sayang sekali dengan anaknya yang masih berusia dibawah lima tahun. Anaknya kemudian dibelika helikopter seharga seratus limapuluh ribu rupiah. Pada hari pertama anaknya dengan ceria memainkan helikopter itu, maju mundur kanan kiri dan kerlap kerlip lampunya. Semua itu membuat si anak senang dan puas. Hari kedua helicopter mulai dimiringmiringkan. Hari ketiga mulai di jatuhkan dengan posisi roda dibawah. Hari keempat mulailah si anak menjatuhkan helicopter dengan posisi baling-balingnya yang dibawah dan rusaklah helicopter mahal hadiah dari bapaknya itu.

Jika anak-anak kita seperti di atas, jangan kita marahi. Sebenarnya anak kita itu sedang belajar berinovasi.

* Anak nakal antara fitnah dan barokah
Ada sebuah kisah, seorang ayah mengajak anaknya ke pasar untuk belanja. Hari pertama rupanya si anak tidak nyaman berada dipasar. Hari kedua dia tidak mau ke pasar, hari ketiga walau dipaksa si anak makin membantah. Akhirnya ayah dapat ide untuk membuat daftar belanjaan yang menarik. Ayah kemudian membuat daftar belanja yang ditempeli gambar-gambar yang menarik. Ada gambar wortel, tomat dll. Ketika si anak tahu, anaknya justru sangat bersemangat sekali mengajak ayahnya ke pasar, bahkan dia hapal kemana harus mencari benda-benda yang ada didaftar belanjaan tadi.

Intinya adalah bagaimana kita bisa menjadi orangtua yang kreatif sehingga fitnah bisa menjadi berkah.

* Anak anak semakin nakal atau orangtua semakin tidak sabar???

Yang baik adalah kurangi kenakalan anak dan orangtua semakin sabar.


* Jenis-jenis kenakalan

- Kenakalan eksploratif (karena keingintahuan yang besar) :

1. misalnya corat coret tembok. Ini merupakan bentuk dari eksplorasi imajinasi anak. Untuk mengatasinya dengan kesepakatan dengan anggota keluarga boleh corat coret dirumah atao menyediakan tempat khusus

2.menyiksa binatang : orang tua harus cermat dengan hal ini. Jangan sampai anak-anak merasa senang melihat kesakitan hewan yang disiksanya. Harus bijak. Kita harus menunnjukkan bahwa kita tidak suka dengan apa yang dia lakukan, dan harusnya binatang itu kita sayang. Binatang akan merasakan sakit ketika kita siksa, sama kalo kaki kita terkilir ato dll.

- Kenakalan semu (terkadang ini tidak di anggap nakal oleh orang lain tapi iya oleh orangtua.

Anak suka menggigit, suka memukul, egois dan tidak mau berbagi. Anak dibawah lima tahun kalo dia terlihat egois, maka itu adalah hal yang normal karena di fase ini anak mulai belajar tentang konsep kepemilikan.

- Kenakalan habitual

Berkata jorok, kecanduan televise, suka membantah, suka mengejek dan suka jajan. Kenakalan ini terbentuk dari habit orangtua ketika mendidik anaknya. Misalkan anak yang minta susu, tapi pas di supermarket dia malah berubah minta ice cream. Kalau bisa jangan dituruti, minta dia untuk konsisten dengan permintaan awalnya tadi. Jika dia merengek, biarkan. Kita harus juga tetap konsisten, ini akan mendidik dia menjadi anak yang konsisten dengan apa yang dia ucapkan.

Jika kita luluh dengan rengekannya, justru anak kita akan belajar “ berarti biar permintaanku dituruti aku harus merengek dong”.

Menasehati anak harus dengan cara-cara yang santun. Terkadang tingkah anak kita membuat kita semakin emosi. Hindari berkata atau berucap jelek ke anak, karena itu bisa menjadi doa yang makbul.

- Kenakalan sejati

Berbohong : bisa terbentuk dari pola pembiasaan dan sikap-sikap orang tua. Ketika kita bertanya PRnya sudah dikerjakan apa belum, kalau bisa kita juga memeriksanya atau dengan kata lain meminta bukti dan tentu saja dengan cara yang tidak menyinggung hatinya. Kebohongan itu terjadi juga karena faktor orangtua yang tidak siap menerima kebenaran dari anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar