SANG NEGOSIATOR
Adalah Mush’ab bin Umair seorang pemuda tampan anak konglomerat yang
sangat penasaran mendengar bahwa ada sebuah Islamic Home Schooling di
Bukit Shofa tepatnya di rumah Arqom bin Abul Arqom yang dibina langsung
oleh sang Al-Amin Muhammad SAW, Mush’ab segera bergegas ketempat
tersebut ingin melihat dan mendengar secara langsung apa yang menjadi
daya tarik Home Schooling tersebut, Mush’ab masuk dan menempati sudut
ruangan perlahan dari hati dan lisan Muhammad SAW mengalir Ayat demi
Ayat Al-Qur’an penuh dengan pesona menembus dada-dada para audien tak
terkecuali Mush’ab. Hatinya sejuk bak tersiram embun seketika itu juga
Mush’ab menyatakan keislamannya.
Dengan berislam Mush’ab
semakin bijak dan cerdik, ditinggallah semua fasilitas kemewahan dari
orang tuanya, dia rela memulai hidup baru dari nol, berpahit-pahit
meninggalkan kemewahan sesaat, untuk mengemban tugas dari Rosulullah SAW
sebagai Duta Besar ke Madinah, berdakwah mempersiapkan Madinah sebagai
Kota Hijrah yang representatif.
Berbekal Ayat-Ayat
Al-Qur’an yang telah terinstall dalam sanubarinya, Mush’ab semakin
berwibawa dan disegani, dengan didampingi oleh sahabatnya As’ad bin
Zurarah satu per satu kabilah-kabilah dan suku-suku didatangi untuk
diajak sejenak mendengarkan keindahan Wahyu Al-Qur’an, hingga suatu
ketika Mush’ab berdakwah di tengah orang-orang suku Abdul Asyhal,
tiba-tiba sang Kepala Suku Usaid bin Hudhair dengan kemarahan yang
membuncah mendatanginya sambil menghunus Tombak. “ Hai kamu pemuda bau
kencur, berani-beraninya kamu hendak membodohi rakyat kecil kami, pergi !
tinggalkan tempat ini jika tidak ingin nyawa kamu melayang “.
Mendengar ancaman sang Kepala Suku, Mush’ab tak bergeming sedikitpun,
dengan ketenangan, ketulusan hati dan senyum manisnya, Mush’ab kemudian
bernegosiasi dengan sang Kepala Suku, kata-kata yang sejuk dan manispun
keluar dari bibirnya “ Bagaimana kalau kita duduk sejenak mendengarkan
terlebih dahulu apa yang hendak kami sampaikan ? Jika nanti Anda
tertarik, silahkan Anda dapat menerimanya, namun jika nanti Anda tidak
suka, kami akan menghentikan apa yang tidak Anda sukai, bagaimana ? “.
“ Ok, baiklah “, kata Usaid yang kemudian duduk sambil meletakkan
tombaknya. Mush’ab mulai membacakan ayat-ayat Al-Qur’an dan menguraikan
dakwah yang dibawa oleh Rosulullah SAW. Bacaan dan uraian Wahyu yang
meluncur dari hati dan bibir Mush’ab mengalir ke telinga menembus dada
dan menerangi hati Usaid. Belum usai Mush’ab membaca dan memberikan
uraiannya, tiba-tiba bibir Usaid bergetar dan berkata “ Alangkah
indahnya kata-kata itu, tidak satupun ada kesalahan, Hai Pemuda, apa
yang harus aku lakukan jika aku mau masuk Agama Muhammad ? “,
“
Alhamdulillah, bersihkan pakaian dan badan Anda lalu ucapkanlah Asyhadu
an laailaaha illallah, wa asyhadu anna muhammadan rosulullah “, jawab
Mush’ab. Seketika itu juga Usaid melaksanakannya.
Dilain
peristiwa seorang Preman kelas kakap yang sangat disegani dan ditakuti,
ia tidak segan membunuh siapa saja yang ia anggap layak dibunuh, dialah
Umar bin Khothob, tak ada seorangpun berani melawannya, disebutkan
namanya saja orang sudah gemetaran apalagi berhadapan dengannya, namun
ternyata ada seorang gadis yang mampu melumpuhkan kebengisan sang Preman
ini, dia tidak lain adalah Fatimah adik kandungnya sendiri.
Suatu hari ketika Umar bin Khothob pulang kerumah, sebelum masuk rumah
dia mendengar lantunan bait-bait indah yang keluar dari mulut adiknya,
diintipnya dari balik pintu ternyata adiknya membaca lembaran-lembaran
yang dia tidak pernah tahu dan melihatnya namun dia menduga pasti itu
adalah ajaran dari Muhammad, gemuruh kemarahan Umar seketika bangkit dan
mendobrak pintu rumahnya,
“ Hai perempuan kecil apa yang kau
baca barusan, cepat serahkan kepadaku kalau tidak ingin kupatahkan
tanganmu atau kusobek mulutmu “ bentak umar kepada adiknya Fatimah.
“ oh tidak, lebih baik nyawaku melayang daripada harus menyerahkan
lembaran Kitab ini kepada orang kotor seperti kamu “, jawab Fatimah
tanpa rasa takut sedikitpun.
Dicengkeramlah kedua bahu
fatimah lalu diangkatlah tubuhnya oleh Umar, “ Dasar perempuan, berani
sekali kau melawanku, serahkan lembaran-lembaran Kitab itu atau aku
banting tubuhmu ? “, kebengisan umarpun terpancing.
“ Baiklah,
tapi sebelum kuserahkan Lembaran Kitab ini, dengarkan dulu isinya,
bagaimana ? “ nego Fatimah kepada kakaknya Umar “ , perlahan umarpun
melepaskan cengkeramannnya, lalu mencoba duduk menuruti kemauan adiknya.
Mulailah Fatimah membuka lembaran Kitabnya, lalu membaca dengan penuh
cinta dan ketulusan beberapa petikan Ayat dari Surat Thoha :
“ Thaha, Kami tidak Menurunkan al-Quran ini kepadamu agar engkau menjadi susah;
melainkan sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah),
diturunkan oleh (Allah) yang Menciptakan bumi dan langit yang tinggi,
(yaitu) Yang Maha Pengasih, yang Bersemayam di atas Arasy.
Milik-Nya-lah apa yang ada di langit, apa yang ada di bumi, apa yang
ada di antara keduanya, dan apa yang ada di bawah tanah.”. ……….( Thoha :
1-6 )
Begitu mendengar ayat-ayat tersebut mengalir sejuk
menembus dada dan hati Umar yang telah membatu seketika itu juga
hatinya mencair jernih, tanpa terasa buliran air mata Umar menetes dan
semangat untuk mendatangi sumber ajaran tersebut sudah tak terbendung
lagi, ia bangkit menuju Islamic Home Schoolingnya Rosulullah,
sesampainya di depan pintu, dengan suaranya yang menggelegar dan gayanya
yang khas sambil menngedor pintu, umar berteriak : “ Hai, buka pintunya
cepat !, ini Umar datang mau ketemu Muhammad, cepat, cepat buka
pintunya “. Serentak para Sahabat yang ada di dalam panic lalu bangkit
menghunuskan pedangnya,
“ Ya Rosul Umar bin Khothob datang,
bagaimana ini ? “, “ sarungkan pedang kalian, sambut Umar dengan ramah
dan senyuman, karena dia akan menjadi Sahabat kalian dan mengokohkan
barisan kita “.
Pintupun di buka, Umar langsung berlutut
dihadapan Rosulullah SAW dan menjabat tangan Beliau “ Ya Muhammad, apa
yang harus aku katakana kalau aku ingin jadi pengikutmu ?”. “
Alhamdulillah, Allahu Akbar, ucapkanlah ya Umar , Asyhadu an laa ilaaha
illallah wa asyhadu anna muhammadan rosulullah “, umarpun menirukannya
dan bergemalah kumandang takbir Allahu Akbar berkali kali dari para
sahabat yang hadir menyambut islamnya Umar, maka semakin kokohlah
barisan dakwah Rosulullah SAW ketika itu.
Sahabat,
seorang Preman hatinya bisa luluh karena mendengar Al-Qur’an, seorang
konglomerat juga lunak dengan Al-Qur’an, demikian juga seorang budak dan
orang-orang biasa pada umumnya semua tersentuh dan membenarkan
Al-Qur’an yang dibacakan oleh Muhammad SAW dan para Sahabatnya. Dan yang
tidak kalah penting bangsa JIN saja terpesona dengan Al-Qur’an,
“Katakanlah (Muhammad), “Telah diwahyukan kepadaku bahwa sekumpulan jin
telah mendengarkan Al-Qur’an lalu mereka berkata, “Kami telah
mendengarkan Al-Qur’an yang menakjubkan “. ( Q.S. Jinn : 1 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar