Jumat, 18 Oktober 2013

Dahlan Iskan dan Jokowi di Akhir Cerita


"Orang Pintar, dukung Dahlah Iskan…”

Saya kaget membaca status ini di FB. Sejak kapan SBY terang-terangan mendukung Dahlan Iskan? Sejak kapan SBY menjadi Dahlanis?

Aku perhatikan lebih seksama lagi. Tidak percaya dengan pengelihatanku yang sekilas.

Oalaaah… ternyata itu bukan status SBY, tapi status Erick Antariksa (seorang teman FB). PP Facebook-nya mirip. Apalagi kalau dilihat sekilas. Duuh… Pak Erick bikin kaget saja. Penonton kecewa.

Tapi tenang saja para penonton. Masalah SBY menjadi Dahlanis itu hanya masalah waktu. Saat Demokrat resmi mengumumkan Capresnya. Maka SBY akan menjadi Dahlanis sejati. Keliling Indonesia mengampanyekan Dahlan Iskan. Habis-habisan. Sampai ngos-ngosan. Itu sudah janji beliau.

Dan tentu kita sudah tahu. 99% Dahlan Iskan pasti menang konvensi. Dari beberapa survey yang ada. Tidak ada satupun yang tidak menempatkan Dahlan Iskan pada posisi puncak. Tinggal menunggu pengumuman hasil survey lembaga indevenden oleh panitia konvensi. Nanti pada bulan Desember 2013 dan Pebruari 2014. Selanjutnya tinggal menunggu pengukuhan Dahlan Iskan sebagai Capres atau Cawapres Demokrat setelah Pileg selesai.

Kok Dahlan Iskan jadi Capres atau Cawapres? La iyalah. Itu tergantung hasil Pileg. Kalau Demokrat hanya mendapat 5% misalnya. Masak ngotot mengusung Capres? Cawapres saja sukur kayaknya.

Oleh sebab itu. Kalau ingin Pencapresan Dahlan Iskan mulus. Pendukung Dahlan Iskan hendaknya sama-sama berdoa. Agar Demokrat mendapat suara signifikan saat Pileg. Tidak termakan isu adu domba yang ditiupkan pihak tertentu. Adu domba antara Dahlan Iskan dan Demokrat.

Bahwa Dahlan Iskan hanya diperalat oleh Demokrat untuk meraup suara Pileg. Setelah itu Dahlan Iskan disingkirkan. Percayalah. Bakal Capres Demokrat itu sudah ditentukan pada Bulan Desember 2013 dan diperkuat lagi pada bulan Pebruari 2014.

Agenda selesai Pileg, hanya bersifat pengukuhan. Hanya seremonial Pencapresan Dahlan Iskan. Tergantung dari hasil Pileg.

Kalau Demokrat mau curang. Maka dia tidak akan merilis hasil survey sebelum Pileg. Tapi disimpan sampai selesai Pileg. Dan ternyata Demokrat tidak mau bermain curang.

Pendukung Dahlan Iskan boleh tersenyum saat itu. Melihat nasib kandidat yang diusung dibanding kandidat lainnya yang sama-sama didukung akar rumput. Yaitu Jokowi. Karena di sanalah tampak perbedaan nasib Dahlan Iskan dan Jokowi. Atas perlakuan Demokrat dan PDIP.

Kalau Demokrat berhasil meraih suara minimal 20% saat Pileg. Maka Capresnya adalah pemenang konvensi, yang sudah kita ketahui beberapa bulan sebelumnya. Tapi kalau di bawah 20%. Maka itu tergantung lobi politik dengan partai lain. Dan masalah lobi dan strategi percayakan saja pada SBY. Terbukti pada 2004 SBY berhasil melobi partai Golkar yang jauh lebih besar dari Demokrat, tapi hanya menempati posisi Wapres.

Di sisi lain. Kalau PDIP bisa meraih suara minimal 20% saat Pileg. Maka Capresnya sudah pasti bukan Jokowi. Tapi darah daging Soekarno. Entah siapa. Yang pasti Jokowi hanya akan menjadi Cawapres.

Tapi kalau suara PDIP saat Pileg memprihatinkan. Maka PDIP akan berkoalisi dengan partai lain. Entah mengambil posisi Capres atau Cawapres. Yang pasti bukan Jokowi orangnya. Tiket dari PDIP sudah dipakai salah satu keturunan Soekarno. Sedang tiket satunya dipakai oleh partai koalisi.

Kenapa saya mengatakan pasti?

Kalau benar-benar Megawati ingin Mencapreskan Jokowi. Terlalu bodoh dia tidak mengumumkannya sekarang. Megawati pasti tau. Seandainya Jokowi digadang-gadang sebagai Capres sekarang. Sudah pasti suara PDIP akan melonjak drastis.

Dan sebaliknya. Jika Jokowi tidak diusung. Maka suara PDIP akan anjlok.

Dan tidak masuk akal kalau Megawati tidak memilih sesuatu yang bisa mendongkrak suara PDIP. Kecuali ada niat tersembunyi: masalah darah Soekarno lebih penting dari masalah PDIP.

Megawati tidak mau mengorbankan dinasti Soekarno hanya untuk mendongkrak suara PDIP. Apalah artinya PDIP besar, tapi bukan dia atau keturunannya yang berkuasa?

Maka diambillah jalan tengah. Jokowi disandera untuk meredam eksodus simpatisan Jokowi yang akan meninggalkan PDIP.

Jokowi memang akan diusung sebagai Cawapres jika suara PDIP mencukupi. Dan Jokowi akan disuruh menjadi anak yang baik oleh si Mbok. Menjaga kota Jakarta. Kalau suara PDIP tidak mencukupi.

Memang kita sudah bisa melihat dari sekarang. Di akhir cerita. Nasib keduanya akan berbeda. Meski sama-sama merupakan pemimpin dambaan rakyat.

Dahlan Iskan nampaknya akan bahagia karena mendapat seorang ayah yang bijaksana. Sebaliknya Jokowi. Nampaknya akan menderita karena mendapat ibu tiri yang keras kepala. Apapun hasil Pileg. ***

http://politik.kompasiana.com/2013/10/18/dahlan-iskan-dan-jokowi-di-ahkhir-cerita-601605.html
 https://www.facebook.com/groups/dahlaniskangroup/permalink/669984586353286/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar