Rabu, 19 Maret 2014

Ketika Sales Ancur Lebur

Hari ini setelah satu setengah tahun bekerja disini aku bertemu dengan GM Perusahaanku dari Jakarta. Aku sebagai marketing sudah pindah perusahaan hampir sepuluh kali. Sudah banyak makan asam garam bagaimana sih perasaan kita jika dikunjungi bos dengan kondisi sales yang ancur lebur. Perasaan malu, sedih, ancur menyatu jadi satu kesatuan, sampai diajak makan pun rasanya duri yang kita telan, diajak berjanda pun terasa disindir.... sensi buanget pokoknya.

Nah, kebetulan sekarang Bos datang dengan kondisi sales carut marut. Tapi... perasaanku kok bilang biasa aja kali. Dan memang betul memang tidak ada apa-apa, bos juga santai aja meskipun tim marketing terus jadi sorotan, gak ada gebrak meja atau ancaman kayak di perusahaanku dulu biasa banget. Memang sih ada beberapa masukaan dan tambahan tugas, tapi itu tidak sampai membuat telinga panas, wajah memerah, mata melotot atau gigi bertemu gigi. Makanpun terasa gurami dan ayam kampung walaupun duri tetap terasa duri... hehehe. Diakhir makan Pak Boss hanya bilang bantu saya ya nyampek 1.5M. Nyuuut terasa disetrum kata kata itu seperti menghujam dalam lubuk hatiku, aku tersedak, aku tersentuh dan aku berjanji dalam diri aku harus bisa.

Setelah aku renungkan, ternyata cara pendekatan seperti ini jauh lebih menyentuh daripada cara gebrak meja dan ancaman lisan. Sekedar perbandingan, dulu ketika ada bos yang gebrak meja dan mengancam maka yang ada dipikiran pertama kali adalah "Wah, cari kerjaan baru nih" meskipun ada sedikit hati yang bilang "oke aku usahakan". Yang lucu dulu ada bosku jakarta yang kalau berkunjung trus waktu makan hanya ngajak yang salesnya massuk aja, yang jelek cari makan sendiri. Kesanku rasis banget dan gak berkeprikemanusiaan banget. Ngomong ngomong sekarang lagi dimana ya mantan bosku itu, EGP dah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar