Pernahkah Anda mendengar burung yang bernama Ababil? Jika Anda
seorang muslim sejati pasti tidak asing lagi terhadap nama burung yang
satu ini. Ia bukan jenis burung yang spesiesnya ada di dunia, bukan pula
jenis burung yang penciptaannya untuk melengkapi keindahan dunia. Akan
tetapi dia (Ababil) sengaja di ciptakan Allah untuk menghancurkan
kesombongan, keserakahan dan arogansi seorang panglima perang yang
paling ditakuti pada masanya itu.
Dialah Abrahah, panglima perang negeri Yaman yang amat
termahsyur karena kebengisan dan kekuatan pasukannya. Akan tetapi,
sekuat apa pun bala tentara manusia, tidak akan pernah sanggup melawan
kekuatan bala tentara Allah. Bala tentara Allah itu salah satunya adalah
Ababil.
Inilah kisah yang sangat mengerikan itu, kisah yang terjadi pada masa sebelum kelahiran Nabi Muhammad,
Rasul akhir zaman. Kisah ini bermula ketika Abrahah merasa iri terhadap
kota Mekkah yang yang di dalamnya terdapat ka'bah atau Baitullah yang
selalu ramai dikunjungi oleh orang-orang Arab yang hendak melakukan
ibadah haji setiap tahun. Pada masa Jahiliah, tata cara ibadah haji
tidak seperti pada masa Islam sekarang ini, dan tujuannya pun bukan
untuk menyembah Allah, melainkan berhala-berhala sembahan mereka yang
terdapat di sekitar ka'bah.
Ia mempunyai hasrat yang besar ingin menghancurkan ka'bah dan
mengalihkan peribadatan orang-orang Arab ke Yaman, yaitu sebuah gereja
besar yang didirikan oleh Abrahah. Sebelum melakukan penyerangan ke
Mekkah, ia terlebih dahulu mengirimkan seorang utusan untuk memberi tahu
maksud dan keinginannya. Utusan itu menganjurkan bagi penduduk Mekkah
agar mereka beribadah haji di Yaman saja. Jika tidak, maka Ka'bah akan
dihancurkan. Rupanya ancaman utusan Abrahah tidak di hiraukan oleh
penduduk Mekkah, mereka tetap saja beribadah di Mekkah.
Karena pembangkangan penduduk Mekkah, akhirnya Abrahah benar-benar
marah dan memerintahkan seluruh pasukannya untuk segera bersiap-siap
menyerang Mekkah dan menghancurkan Ka'bah. Pasukan Abrahah ini memiliki
peralatan perang yang sangat lengkap, baju besi dan gajah-gajah yang
akan di pergunakan untuk merobohkan ka'bah. Apalah arti kekuatan manusia
bila berhadapan dengan gajah-gajah!! Sungguh amat kuat, tapi
saksikanlah, sebentar lagi bala tentara Allah yang jauh lebih kuat dari
pasukan Abrahah akan menghancurkan Abrahah dan pasukannya tanpa sisa.
Abrahah memberitahukan tujuan penyerangannya bukan bermaksud ingin
berperang, melainkan hanya ingin menghancurkan Ka'bah. Kala itu penduduk
Mekkah yang dipimpin oleh Abdul Muthallib tidak dapat berbuat apa-apa untuk menghentikan niat Abrahah. Tidak ada pilihan lain kecuali pasrah dan menyerah.
Beberapa saat sebelum penghancuran Ka'bah, Abrahah memberi waktu kepada
seluruh penduduk Mekkah untuk segera meninggalkan Mekkah dan mengungsi.
Abdul Muthollib menginstruksikan kepada kaumnya untuk segera berlindung dan mengungsi dibalik bukit-bukit disekitar Mekkah.
Ada kisah tersendiri mengenai Abdul Muthallib dan Abrahah. Dalam
perjalanan ekspansi pasukan Abrahah menuju penghancuran Ka'bah, ternyata
Abrahah telah merampas unta-unta milik penduduk Mekkah dan sekitarnya,
termasuk unta milik Abdul Muthollib. Maka dengan amat murka, kakek Nabi
ini memberanikan diri untuk meminta kembali unta-unta yang dirampas
Abrahah. Demi untuk mendapatkan kembali harta bendanya,Muthallib pun
mengunjungi tenda peristirahatan Abrahah seorang diri tanpa pengawalan.
Dan dialog pun terjadi di antara mereka.
"Ada perlu apa Anda menemui aku?" tanya Abrahah. "Anda telah merampas
200 ekor unta milikku dan 400 ekor unta milik penduduk Mekkah. Aku
datang untuk meminta Anda mengembalikan semua itu kepada kami", jawab
Muthallib. Abrahah terkejut dan tertawa terbahak-bahak sambil mengejek,
"Anda ini aneh sekali. Saya datang hendak merobohkan Ka'bah, dan Anda
datang kepadaku dengan urusan yang remeh? Dimanakah nyali dan harga diri
Anda? Pantaskah Ka'bah yang Anda dan bangsa Arab yang dimuliakan itu
sedang dalam keadaan bahaya, justru Anda hanya menuntut onta Anda
dikembalikan??"
"Tentu saja", sanggah Mutthalib. "Unta-unta itu kepunyaanku dan
penduduk Mekkah. Maka aku wajib memeliharanya. Sedangkan Ka'bah bukan
kepunyaanku. Ka'bah adalah kepunyaan Allah, maka Dia-lah yang akan
melindungi dan memeliharanya".
Kembali Abrahah tertawa terbahak-bahak seolah melecehkan perkataan
Abdul Muthallib, "Apakah Allah yang konon pemilik Ka'bah itu akan mampu
merintangiku menghancurkannya?"
"Aku tidak tahu, itu urusan Allah. Tapi aku yakin, Allah tidak akan membiarkan milik-Nya dinodai oleh siapa pun."
"Jadi Anda tidak ingin memintaku untuk menghentikan niatku menghancurkan Ka'bah?"
Abdul Muthallib menggelengkan kepala, "Tidak!."
Jawaban yang tenang dan meyakinkan dari Abdul Muthallib membuat Abrahah
tidak tenang. Namun dia tidak peduli dengan kerisauannya. Meski hatinya
di dera rasa was-was dan risau, namun Abrahah tetap melanjutkan niatnya
dan segera memerintahkan anak buahnya untuk mengembalikan unta-unta
bangsa Arab, kemudian menyelesaikan misinya yaitu menghancurkan Ka'bah.
Detik-detik penghancuran pun tiba, Abrahah dan pasukan bergajah nya
mulai mendekati Ka'bah. Abrahah merasa yakin bahwa dia akan dapat
menghancurkan Ka'bah dengan sangat mudah. Namun apa yang terjadi
selanjutnya?? Kekuasaan dan pertolongan Allah pun tiba. Di awali dengan
enggan nya gajah-gajah tersebut menyentuh Ka'bah, seolah-olah
gajah-gajah itu tahu bahwa sebentar lagi mereka akan mengalami nasib
tragis dan mengerikan.
Benar saja, gerombolan burung-burung Ababil yang berjumlah, ratusan,
ribuan, bahkan mungkin jutaan telah melayang-layang tepat di atas
mereka. Jumlah burung sebanyak itu bagaikan kumpulan awan hitam pekat
yang mengandung petir dahsyat yang siap menyambar musuh-musuh Allah.
Di antara paruh-paruh dan kaki-kaki Ababil itu terdapat bara api yang
sangat panas yang berasal dari kerikil-kerikil neraka. Apa yang
dilakukan Ababil? Ternyata bara api itu mereka jatuhkan tepat di objek
sasarannya,yaitu musuh Allah, Abrahah dan pasukannya. Satu per satu
mereka dihujani bara api. Satu bara api yang sebesar kerikil itupun
mampu melelehkan kulit-kulit tentara Abrahah dan menghanguskan
tubuh-tubuh mereka dan hancurlah mereka sebelum mereka berhasil
menghancurkan Ka'bah.
Demikianlah kisah Ababil dalam sejarah. Dan kisah tersebut benar-benar
nyata. Tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa hikmah yang terkandung di
dalamnya. Kisah tersebut mengajarkan kita untuk meyakini bahwa kekuasaan
Allah dan kekuatan-Nya sangat besar dan tak terkalahkan. Yakinlah bahwa
pertolongan Allah itu sangat dekat terhadap hamba-hamba-Nya yang ikhlas
dan sabar................
SOURCE: http://www.sedekah.net/artikel/187-pertolongan-allah-itu-sangat-dekat-terhadap-hamba-hambanya-yang-ikhlas-dan-sabar.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar