Permukaan Es di Everest Terus Menurun Karena Kenaikan Suhu Udara
Gletser
di gunung tertinggi dunia, Everest, telah menyusut sebanyak 13%, dan
garis salju telah bergeser sebanyak 180 meter lebih tinggi (artinya
bagian bawah telah mengalami penyusutan dan mendorong salju hanya
bertahan di bagian atas). Hal ini terjadi dalam kurun waktu 50 tahun
terakhir, menurut sebuah studi yang akan dipresentasikan pekan ini di
sebuah konferensi yang diselenggarakan oleh American Geophysical Union.
Riset yang dipimpin oleh peneliti bernama Sudeep Thakuri dari
University of Milan, dilakukan berdasar pencitraan satelit dan analisis
peta topografi. Thakuri dan mitranya merekonstruksi sejarah gletser di
wilayah ini menyimpulkan bahwa penurunan permukaan es di Everest dan
Sagarmatha National Park ini disebabkan oleh suhu yang meningkat sekitar
0,6 derajat Celsius dan berkurangnya hujan salju sekitar 100 milimeter
sejak awal tahun 1990-an.
Jika dihitung secara keseluruhan, gletser sudah berkurang sejauh 400 meter sejak tahun 1962,
sementara gletser yang luasnya kurang dari satu kilometer persegi telah
mengalami penurunan sejumlah 43% di permukaannya menurut para ahli,
yang juga memperkirakan bahwa meningkatnya karbondioksida di udara telah
menjadi pendorong perubahan ini.
Perubahan ini memiliki dampak yang penting bagi populasi manusia yang ada wilayah tersebut, menurut Thakuri.
“Gletser Himalaya dan tutupan esnya dianggap sebagai salah satu
penyimpan air di Asia karena mereka menyimpan dan mengalirkan air saat
musim kering,” ungkap Thakuri lebih jauh. “Orang-orang di hulu sangat
tergantung dari mencairnya simpanan air ini untuk pengairan pertanian,
konsumsi dan produksi energi mereka.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar