Pejabat Yang Adigang Adigung Adiguna
Boleh
saja seseorang mengaku atau diakui sudah modern, menjadi pejabat, atau
kaya raya, terkenal, dll. Tetapi jika kelakuan masih seperti pejabat
Bangka Belitung, Zakaria Umar Hadi (ZUH), itu maka tetap saja etiketnya
perlu dipertanyakan. Bukan saja menampilkan arogansi dan melakukan
tindak kekerasan, tetapi ZUH juga menampilkan diri sebagai pejabat yg
tidak tahu bagaimana berinteraksi dengan orang yg di anggapnya tidak
selevel. Apalagi seorang perempuan. Saya yakin seandainya yg menegur ZUH
bukan si pramugari, tetapi atasannya, sikapnya akan beda: ZUH akan
munduk-2 dan malu. Bukan tidak mungkin di rumahnya ZUH sangat tertindas,
tetapi di kantor berprilaku adigang-adigung-adiguna. Jadi sebagai
sanksi, saya usul agar ZUH disuruh konsultasi dan terapi kejiwaan, serta
ikut pelatihan ttg berkomunikasi yg baik dg bawahannya. Kalau cuma
dapat teguran atau denda, prilaku ZUH kayaknya tidak akan berubah
banyak. Insiden pemukulan thd orang yg dianggap tidak sederajat atau di
atasnya akan terulang lagi...
Inilah cerminan pejabat dan masyarakat kita pada umumnya yang mendewakan uang, jabatan dan tahta. Kita harus kaya dulu atau punya jabatan dulu agar kita dihormati dan omongan kita didengarkan orang. Kita harus kaya dulu atau punya jabatan dulu agar tangan kita dicium orang. Tak peduli uang anda dari sumber yang halal atau haram.
Marilah merubah pola fikir kita, bahwa sukses bukan berarti kaya atau punya jabatan. derajad tertinggi bukanlah yang punya uang atau jabatan. Orang hebat bukan berarti banyak uang dan punya jabatan. Tetapi sebaik-baik orang adalah yang berguna bagi sesamanya, manusia terbaik adalah yang menjadi rahmat bagi lingkungannya. Tidak harus kaya, tidak harus pejabat bisa juga tukang sampah, Pedagang, guru, dan profesi yang lainnya.
Menurut Cak Nun, kesuksesan bukan kita kaya atau miskin tetapi bagaimana hati kita mensikapi kekayaan atau kemiskinan kita tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar