Dalam situasi apapun, ketenangan akan selalu hadir di dalam diri orang yang istiqamah terhadap Allah Swt. Bahkan di dalam situasi yang bagi orang lain sangat sulit sekalipun. Hal ini adalah sebagai buah dari sikap istiqamahnya dalam keyakinan bahwasanya Allah Swt adalah Dzat yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Ketenangan adalah keadaan diri yang hanya bisa diberikan oleh Allah Swt kepada hamba-Nya. Ketenangan tidak bisa dibeli. Ketenangan tidak pula bisa dipinta dari manusia. Bahkan, ketenangan juga tidak akan pernah bisa diperoleh dengan cara direbut atau dirampok dari orang lain. Ketenangan itu hanya milik Allah Swt dan hanya Dia yang kuasa memberikannya kepada siapa saja di antara hamba-hamba-Nya yang dikehendaki oleh-Nya.
Di dalam Al Quran Allah Swt berfirman,
“Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. Supaya Dia memasukkan orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dan supaya Dia menutupi kesalahan-kesalahan mereka. dan yang demikian itu adalah keberuntungan yang besar di sisi Allah.” (QS. Al Fath [48]: 4-5).
Ketenangan akan didapatkan oleh orang-orang yang senantiasa mendekatkan diri kepada Allah Swt dan beristiqamah di dalam keimanan terhadap-Nya. Ketenangan seperti ini bisa kita dapati di dalam diri para utusan Allah Swt, para sahabat Nabi Saw serta para ulama yang benar-benar jernih hatinya. Ketenangan mereka ini bisa dirasakan oleh kita. Mereka adalah para kekasih Allah. Hamba-hamba-Nya yang tidak memiliki rasa takut, resah dan gelisah terhadap urusan-urusan dunia.
Di dalam ayat yang lain Allah Swt berfirman,
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan Kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap istiqamah, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al Ahqâf [46]: 13-14).
Orang-orang yang istiqamah tidak akan berduka lara menyikapi kehidupan dunia yang seringkali berjalan tidak sesuai dengan keinginan. Bahkan, juga tidak jarang yang terjadi adalah hal-hal yang mengundang kesedihan. Orang-orang yang beristiqamah akan bisa menjalani semua dengan kebesaran jiwa dan hati yang lapang. Karena mereka yakin bahwa Allah Swt yang menghendaki segalanya dan mereka pun yakin bahwa hanya dengan tetap kokoh berpegang kepada-Nya, mereka akan mampu bahagia hidup di dunia sebelum meraih kebahagiaan di akhirat.
Suatu ketika Rasulullah Saw pernah ditanya oleh salah seorang sahabatnya yaitu Abu Amr Sufyan bin `Abdullah Ats Tsaqafi RA, “Wahai Rasulullah, ajarkan kepadaku tentang agama Islam dengan satu ucapan sederhana yang bisa mencakup keseluruhan sehingga aku tidak perlu bertanya lagi kepada engkau sesudah ini.” Kemudian, Rasulullah Saw menjawab, “Katakanlah, “Aku beriman kepada Allah, lalu beristiqamahlah.”(HR. Muslim).
Keimanan dan keistiqamahan adalah dua kata kunci penting. Ketika seseorang telah menyatakan dirinya beriman kepada Allah Swt, yakin kepada-Nya, kemudian ia beristiqamah di dalam keimanan, pendiriannya, amal shalehnya, keikhlasannya, maka ia akan dapatkan kebahagiaan yang ia cari. Istiqamah dalam keikhlasan beribadah. Dunia dan seisinya ini tidaklah berarti apa-apa. Ketika seseorang telah mendapatkan dua kata kunci tadi di dalam dirinya, maka ia bisa mencapai derajat kekasih Allah Swt.
Keuntungan orang yang bersikap istiqamah terhadap Allah Swt adalah hati dan jiwanya akan diliputi ketenangan. Mengapa terjadi demikian? Karena Allah Swt menyukai perbuatan baik yang dilakukan secara konsisten, terus-menerus, kontinu, meskipun amal kebaikan itu hanya kecil atau sedikit saja.
Rasulullah Saw bersabda, “Beramallah dengan benar dan sungguh-sungguh, ketahuilah bahwa sesungguhnya seorang dari kalian tidak akan masuk surga karena amalannya. Mereka bertanya, “Dan apakah engkau juga wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “(Ya) Demikian juga aku, kecuali Allah memberikanku rahmat-Nya. Dan ketahuilah bahwa amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang kontinu (berkesinambungan) walaupun itu sedikit.” (HR. Muslim)
Mengapa amal kebaikan yang sedikit tapi dilakukan secara terus-menerus atau berkesinambungan itu lebih disukai? Karena ketika satu amal kebaikan dilakukan secara kontinu, maka itu artinya si pelaku itu berdzikir secara berkesinambungan pula. Itu artinya ia pun melakukan upaya pendekatan kepada Allah Swt secara terus-menerus pula.
Contohnya adalah ada seseorang yang senantiasa membiasakan dirinya membaca sepuluh ayat Al Quran setiap kali ia selesai menunaikan shalat. Meskipun ayat-ayat Al Quran yang ia baca itu tidaklah banyak, akan tetapi bisa menjadi indikasi betapa kuat usahanya untuk tetap konsisten dalam mengingat Allah Swt.
Setiap orang yang keluar dari masjid kemudian ia bersedekah meskipun dengan jumlah yang relatif kecil, jika ia menjadikan amalannya itu sebagai hal yang rutin, maka itu lebih baik. Karena dengan begitu ia terus-menerus berdzikir sejak di dalam masjid hingga saat keluar masjid.
Demikian juga dengan orang yang membiasakan diri senantiasa berdoa setiap kali bangun tidur. Mungkin di sepanjang hari ia tidak bisa melakukan amal-amal yang besar-besar, atau tidak bisa selalu bersedekah, namun ia disukai oleh Allah Swt karena ia istiqamah dalam melakukan dzikir setiap kali ia bangun dari tidurnya.
Oleh karena itulah mengapa orang yang beristiqamah senantiasa merasa tenang karena hatinya erat terus dengan Allah Swt. Sikap istiqamah adalah hal yang wajib dilakukan oleh manusia terhadap Allah Swt. Bagaimana mungkin pengabdian terhadap-Nya dilakukan secara sekali-sekali saja.
Dalam salah satu hadits qudsi, Allah Swt berfirman, “Dan tiadalah hamba-Ku mendekati-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai selain apa yang Aku wajibkan atasnya, dan hamba-Ku senantiasa mendekati-Ku dengan amalan-amalan sunnah hingga Aku mencintainya, dan jika Aku mencintainya, maka Akulah pendengaran yang selalu ia pakai untuk mendengar, penglihatan yang selalu ia gunakan untuk melihat, tangan yang ia gunakan untuk menggerakan segala sesuatu, kaki yang dia pakai berjalan, dan apabila ia memohon kepada-Ku, Aku berikan. Dan apabila ia memohon perlindungan kepada-Ku, maka Aku melindunginya” (HR. Bukhari). Jadi berkahnya orang yang beristiqamah itu adalah dicintai oleh Allah Swt. Ia juga dijaga oleh malaikat. Ketika pada suatu waktu seseorang tidak bisa melakukan amal kebaikan yang sudah biasa ia lakukan secara konsisten, maka sesungguhnya ia tetap mendapatkan pahala dari amal kebaikan yang biasa ia lakukan itu. Misalnya adalah ketika seseorang membiasakan diri untuk selalu shalat Subuh secara berjamaah di masjid. Pada suatu ketika ia jatuh sakit sehingga ia tidak bisa melakukan shalat Subuh berjamaah di masjid sebagaimana biasanya yang selalu ia lakukan. Maka, sebenarnya ia tetap mendapatkan pahala. Contoh lain, seseorang terbiasa menunaikan shalat Tahajud setiap malam. Pada satu ketika, ternyata ia tertidur sangat pulas disebabkan kelelahan setelah bekerja. Maka, ia tetap mendapatkan pahalanya. Salah satu kebaikan dari sikap istiqamah adalah membuat pelakunya senantiasa ingat pada amal kebaikan yang selalu dilakukannya itu. Meskipun di dalam benaknya berjejalan juga ingatan-ingatan terhadap urusan lainnya. Akan tetapi amal kebaikan tersebut selalu ada dalam ingatannya, terselip di antara berbagai urusan lainnya. Contohnya adalah orang yang selalu membiasakan diri menunaikan shalat Tahajud. Pola yang ada di dalam benaknya adalah: Tahajud, jaket, sepatu, peci, cucian, Tahajud, buku, sandal, kacamata, saputangan, Tahajud, utang, belanjaan, kunci rumah, Tahajud. Coba perhatikan pola tersebut, manakah hal yang lebih banyak ada di dalam ingatan? Demikianlah apabila seseorang beristiqamah dalam menunaikan suatu amalan ibadah tertentu. Persis seperti kala kita sering melewati suatu jalan atau gang, kita akan menelusurinya dengan sangat mudah tanpa harus fokus mengingat-ngingat rutenya. Meskipun di jalan atau gang itu terdapat banyak perubahan ornamen atau aksesori.
Allah Swt berfirman,
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan Kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan (istiqamah) pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (QS. Fushilat [41]: 30).
Di dalam ayat tersebut di atas, Allah Swt menjelaskan bahwa Dia akan menurunkan malaikat-malaikat-Nya kepada orang-orang yang mau bersikap istiqamah dalam pendirian mereka untuk beriman kepada Allah Swt. Tidak hanya itu, orang-orang yang beristiqamah terhadap-Nya juga akan diberikan kekuatan hati sehingga terhindar dari rasa takut dan sedih. Orang-orang yang beristiqamah dalam keimanan kepada Allah Swt akan diliputi dengan kebahagiaan dan kegembiraan. Sebelum pada akhirnya akan dianugerahi tempat tinggal di dalam surga.
Sedangkan ulama tafsir terkemuka yaitu Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat di atas menceritakan orang yang istiqomah dan teguh di atas tauhid dan ketaatan, maka malaikat akan memberi kabar gembira kepadanya ketika maut menjemput. Malaikat maut akan berkata kepadanya, “Janganlah takut dan janganlah bersedih”. Masih dalam kitabnya, Ibnu Katsir juga menjelaskan bahwa Mujahid, ‘Ikrimah, dan Zaid bin Aslam menafsirkan ayat tersebut, bahwa kepada orang-orang yang beristiqamah terhadap Allah Swt, malaikat akan berkata, “Janganlah takut pada akhirat yang akan kalian hadapi dan janganlah bersedih dengan dunia yang kalian tinggalkan yaitu anak, keluarga, harta dan tanggungan utang. Karena para malaikat nanti yang akan mengurusnya.” Begitu pula mereka diberi kabar gembira berupa surga yang dijanjikan. Orang yang beristiqamah akan mendapat berbagai macam kebaikan dan terlepas dari berbagai macam kejelekan.
Seorang pedagang yang istiqomah akan selalu berlaku jujur, baik itu dalam timbangannya ataupun juga dalam hal informasi kualitas barang yang didagangkannya. Dengan cara berdagang yang demikian, ia yakin akan mendapatkan keuntungan yang terus-menerus mengalir walaupun secara nominal mungkin tidak banyak keuntungan yang ia peroleh. Ia merasa tenang dan bahagia karena justru dengan kejujurannya di dalam berniaga, maka ia akan mendapat keuntungan yang jauh berlipat ganda yaitu keuntungan yang dilatarbelakangi ridha Allah Swt atas apa yang dilakukannya dalam perniagaan.
Demikian pula dengan orang akan berbelanja kepadanya, mereka akan tenang dalam berbelanja. Ketenangan mereka muncul karena rasa percaya atas kejujuran timbangannya. Bahkan dalam banyak kasus, justru kejujuran yang logikanya mendatangkan keuntungan yang kecil, justru memikat rasa simpati para pembeli untuk kemudian memberikan berbagai macam kebaikan kepadanya. Tanpa ada unsur pamrih, bagaimana pun juga kejujuran senantiasa berdampak kebaikan.
Demikian halnya dengan profesi lainnya. Keistiqamahan terhadap Allah Swt pada diri seseorang akan membuatnya menunaikan dengan penuh amanah setiap tugas yang diberikan kepadanya. Ia tidak akan melakukan kecurangan, manipulasi, atau korupsi. Seseorang yang beristiqamah terhadap Allah Swt, tidak akan pernah kendur semangatnya untuk tetap bekerja secara lurus di dalam jalur kebenaran dan ketaatan terhadap-Nya.
Keistiqamahan akan membuat seseorang mempraktekkan nilai-nilai ibadah di dalam setiap akfititas dan rutinitasnya. Sekalipun ia berada di dalam lingkungan yang penuh dengan tipu muslihat dan jebakan maksiat, ia tidak akan terjebak. Ia akan selalu bisa mawas diri untuk tidak sedikit pun mendekati apa yang syubhat apalagi yang diharamkan oleh Allah Swt terhadap dirinya.
Ditulis oleh: KH. Abdullah Gymnastiar ( Aa Gym )
Beliau adalah pengasuh pondok pesantren Daarut Tauhiid Bandung – Jakarta.
Beliau adalah pengasuh pondok pesantren Daarut Tauhiid Bandung – Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar