Masak sih nakal itu harus dan baik sehingga harus berucap Alhamdulillah? Misalkan nakal itu baik, berarti kita harus melihat terlebih dahulu definisa dari nakal tersebut. Mungkin yang dimaksud nakal disini berbeda dengan yang selama ini kita pikirkan. Karena selama ini kalau anak berprilaku jelek dan tidak baik berarti nakal, sedang anak yang tidak nakal berarti baik atau pandai. Jadi jika dibuku ini Kenakalan = Kepandaian berarti mungkin ada perbedaan tentang kenakalan.
Jadi judul buku ini hanya provokatif sekedar strategi marketing? bisa jadi iya, bisa juga tidak.
Jadi buku ini tidak perlu dibaca? menurut saya perlu karena isinya juga bagus.
############################################################
* Mengapa kita harus bersabar dan menikmati kenakalan anak?
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” At Taghabun : 15
Dalam
ayat tersebut sangat jelas Allah akan memberikan pahala yang besar bagi
kita orang tua yang mampu melewati cobaan. Maka ketika kita mampu dan
berhasil mengatasinya atau minimal sabar maka Allah akan memberikan
janjinya.
Sebuah kisah nyata, seorang ibu dari Bontang, beliau
adalah seorang guru bahasa Inggris. Beliau punya seorang anak AUTIS yang
ketika masuk SD mulai bermasalah, kalau dia tidak suka dengan gurunya
dia akan melampar apapun. Sekolah anaknya sampai menyerah.
Akhirnya
ibu tersebut keluar dari pekerjaannya dan membawa anaknya ke Surabaya
untuk terapi dan bersekolah di sekolah inklusi. Ibu ini tidak menyerah,
setiap hari ia terus memantau anaknya. Setiap malam ia belajar, membaca
buku dan browsing tentang AUTIS. Setahun kemudian beliau membawa anaknya
kembali ke Bontang dan menterapi sendiri anaknya dan berhasil. Saat ini
beliau dipercaya untuk menjadi kepala sekolah TK yang favorit yang
menangani anak autis.
“Alhamdulillah saya punya anak yang bermasalah itu…” kata ibu tadi.
Kalo
kita lihat, anak hewan pun punya masa bermain. Bedanya dengan anak
manusia, rentang waktu bermain anak hewan itu lebih singkat dari anak
manusia. Karena Allah tlah mendisain anak-anak manusia nantinya punya
kehidupan yang lebih kompleks. Anak-anak manusia nantinya punya
kebutuhan yang lebih banyak. Semakin panjang rantang waktu bermain anak
kita maka akan semakin banyak potensi yang bisa digali.
Terkadang
kita juga menemui anak yang suka usil. Mereka adalah anak-anak yang
kreatif. Ada lagi anak yang suka berantem, mereka adalah anak-anak yang
berani, tangguh, punya prinsip an punya kepercayaan diri. Berantem
menurut mereka adalah salah satu cara untuk menyelesaikan pertikaian
atau masalah dalam interaksi mereka dengan temannya.
* Anak belajar dari orangtua
Anak
nakal tidak dilahirkan tapi diciptakan. Oleh karena itu sebelum memilih
rumah kita harus memilih tetangga atau lingkungan yang baik untuk anak
kita. Terkadang kebiasaan atau perilaku orangtua jugalah yang mencetak
anak menjadi nakal. Misalnya, ketika kita sedang bekerja dan kemudian
anak kita datang membuat gaduh kita justru membentaknya “ Nak, jangan
bikin gaduh! Bapak lagi kerja!!!”. Anak kita mungkin akan diam, tapi dia
pasti bikin gaduh lagi. Kita bentak lagi, dia diam lagi, dia pasti akan
kembali gaduh lagi. Yang ketiga kita ambil gasper “ Nak kamu mau diam
atau mau dipukul pake ini!!!”
Anak kita mungkin mau diam, tapi
dia akan belajar bahwa dia mau nurut kalo bapaknya sudah bawa gasper dan
mau memukul. Sebenarnya anak itu lebih melihat tingkah laku kita
daripada apa yang kita ucapkan atau sering kita dengar dengan istilah “
Mendidik dengan teladan”.
* Dari imajinasi menuju kenyataan
ketika
ada seorang, misal bapak bilang “ kamu nakal..!” seorang anak
sebenarnya masih meraba-raba apa sih nakal itu. Tapi ketika sudah banyak
orang didekatnya yang bilang “kamu nakal..!” maka itu akan membuat anak
tumbuh keyakinannya bahwa dia adalah anak nakal.
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih
baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan
kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan
janganlah suka mencela dirimu sendiri[1409] dan jangan memanggil dengan
gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah
(panggilan) yang buruk sesudah iman[1410] dan barangsiapa yang tidak
bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” QS. Al Hujurat :11
Ayat
tersebut juga berlaku bagi orang tua, janganlah sekali-kali kita
memanggil anak-anak kita dengan sebutan yang buruk atau panggilan yang
negatif. Karena jika itu dilakukan berulang-ulang itu akan sangat
membekas di alam bawah sadarnya dan mempengaruhi perkembangannya.
* Kenakalan = kecerdasan
Seorang
bapak sayang sekali dengan anaknya yang masih berusia dibawah lima
tahun. Anaknya kemudian dibelika helikopter seharga seratus limapuluh
ribu rupiah. Pada hari pertama anaknya dengan ceria memainkan helikopter
itu, maju mundur kanan kiri dan kerlap kerlip lampunya. Semua itu
membuat si anak senang dan puas. Hari kedua helicopter mulai
dimiringmiringkan. Hari ketiga mulai di jatuhkan dengan posisi roda
dibawah. Hari keempat mulailah si anak menjatuhkan helicopter dengan
posisi baling-balingnya yang dibawah dan rusaklah helicopter mahal
hadiah dari bapaknya itu.
Jika anak-anak kita seperti di atas, jangan kita marahi. Sebenarnya anak kita itu sedang belajar berinovasi.
* Anak nakal antara fitnah dan barokah
Ada sebuah kisah, seorang ayah mengajak anaknya ke pasar untuk belanja.
Hari pertama rupanya si anak tidak nyaman berada dipasar. Hari kedua dia
tidak mau ke pasar, hari ketiga walau dipaksa si anak makin membantah.
Akhirnya ayah dapat ide untuk membuat daftar belanjaan yang menarik.
Ayah kemudian membuat daftar belanja yang ditempeli gambar-gambar yang
menarik. Ada gambar wortel, tomat dll. Ketika si anak tahu, anaknya
justru sangat bersemangat sekali mengajak ayahnya ke pasar, bahkan dia
hapal kemana harus mencari benda-benda yang ada didaftar belanjaan tadi.
Intinya adalah bagaimana kita bisa menjadi orangtua yang kreatif sehingga fitnah bisa menjadi berkah.
* Anak anak semakin nakal atau orangtua semakin tidak sabar???
Yang baik adalah kurangi kenakalan anak dan orangtua semakin sabar.
* Jenis-jenis kenakalan
- Kenakalan eksploratif (karena keingintahuan yang besar) :
1.
misalnya corat coret tembok. Ini merupakan bentuk dari eksplorasi
imajinasi anak. Untuk mengatasinya dengan kesepakatan dengan anggota
keluarga boleh corat coret dirumah atao menyediakan tempat khusus
2.menyiksa
binatang : orang tua harus cermat dengan hal ini. Jangan sampai
anak-anak merasa senang melihat kesakitan hewan yang disiksanya. Harus
bijak. Kita harus menunnjukkan bahwa kita tidak suka dengan apa yang dia
lakukan, dan harusnya binatang itu kita sayang. Binatang akan merasakan
sakit ketika kita siksa, sama kalo kaki kita terkilir ato dll.
- Kenakalan semu (terkadang ini tidak di anggap nakal oleh orang lain tapi iya oleh orangtua.
Anak
suka menggigit, suka memukul, egois dan tidak mau berbagi. Anak dibawah
lima tahun kalo dia terlihat egois, maka itu adalah hal yang normal
karena di fase ini anak mulai belajar tentang konsep kepemilikan.
- Kenakalan habitual
Berkata
jorok, kecanduan televise, suka membantah, suka mengejek dan suka
jajan. Kenakalan ini terbentuk dari habit orangtua ketika mendidik
anaknya. Misalkan anak yang minta susu, tapi pas di supermarket dia
malah berubah minta ice cream. Kalau bisa jangan dituruti, minta dia
untuk konsisten dengan permintaan awalnya tadi. Jika dia merengek,
biarkan. Kita harus juga tetap konsisten, ini akan mendidik dia menjadi
anak yang konsisten dengan apa yang dia ucapkan.
Jika kita luluh dengan rengekannya, justru anak kita akan belajar “ berarti biar permintaanku dituruti aku harus merengek dong”.
Menasehati
anak harus dengan cara-cara yang santun. Terkadang tingkah anak kita
membuat kita semakin emosi. Hindari berkata atau berucap jelek ke anak,
karena itu bisa menjadi doa yang makbul.
- Kenakalan sejati
Berbohong
: bisa terbentuk dari pola pembiasaan dan sikap-sikap orang tua. Ketika
kita bertanya PRnya sudah dikerjakan apa belum, kalau bisa kita juga
memeriksanya atau dengan kata lain meminta bukti dan tentu saja dengan
cara yang tidak menyinggung hatinya. Kebohongan itu terjadi juga karena
faktor orangtua yang tidak siap menerima kebenaran dari anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar