Kyai Bisri dan Kyai Wahab
STRATEGI KIYAI WAHAB
Meski sama-sama pemegang fikih yang ketat, Kiai Wahab dan Kiai Bisri
berbeda strategi penerapannya. Kiai Wahab cenderung bergaris lunak,
sementara Kiai Bisri bergaris keras.
Suatu hari menjelang Idul Adha seseorang datang menghadap Kiai Bisri.
Dia bermaksud melaksanakan kurban dengan menyembelih seekor sapi. Namun
sebelumnya dia berkonsultasi dulu dengan Kiai Bisri, apakah boleh
berkurban seekor sapi untuk 8 orang? Ketentuan fiqih, 1 sapi untuk 7
orang. Padahal jumlah keluarganya ada delapan. dia ingin di akhirat
nanti satu keluarga itu bisa satu kendaraan agar tidak terpencar.
Mendengar pertanyaan tersebut Kiai Bisri menjawab “tidak bisa”. Kurban
Sapi, Kerbau atau Unta hanya berlaku untuk 7 orang. Kemudian orang itu
menawar pada Kiai Bisri, “Pak Kiai, apakah tidak ada keringanan. Anak
saya yang terakhir baru 3 bulan”. Dengan menjelaskan dasar hukumnya,
Kiai Bisri tetap menjawab, tidak bisa.
Merasa tidak puas, orang
itu mengadukan persoalannya kepada Kiai Wahab di Tambak Beras.
Mendengar persoalan yang diadukan orang itu Kiai Wahab, dengan ringan
menjawab, “Bisa. Sapi itu bisa digunakan untuk 8 orang, Cuma karena
anakmu yang terakhir itu masih kecil, maka perlu ada tambahan.”
Mendengar jawaban Kiai Wahab orang itu tampak gembira.
“Agar
anakmu yang masih kecil itu bisa naik ke punggung Sapi, harus pakai
tangga. Sampeyan sediakan seekor Kambing agar anak sampeyan bisa naik ke
punggung sapi.”
“Ah, kalau cuma seekor Kambing saya sanggup menambah. Dua ekor pun sanggup asal kita bisa bersama-sama, Kiai.”
Akhirnya pada hari kurban, orang tersebut menyerahkan seekor Sapi dan seekor Kambing pada Kiai Wahab.
*diambil dari buku : Tawashow di Pesantren oleh Akhmad Fikri AF.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar